RSS

Cerpen - Ada Apa di Balkon Rumahku?

 ADA APA DI BALKON RUMAHKU?

“Kyaaaaaaaaaaaaa……” jerit Ester pada suatu pagi yang cerah.
“Apaan sih lo? Jerit-jerit enggak jelas kayak gitu, emang ada apaan sih?” omel kak Dicky sambil berkacak pinggang disamping tempat tidur Ester yang memang saat itu sedang berada di atas tempat tidurnya. Dengan mata yang sudah terbelalak Ester berkata sambil merinding, “Itu kak tadi ada bayangan hitam lewat di balkon”.
    “Mana ada setan subuh-subuh begini, sudah mendingan lo mandi gih, biar lo ga menghayal lagi” perintah kak Dicky. Dengan tubuh masih bergetar ketakutan Ester berlalu di depan kakaknya dengan langkah yang ragu-ragu, karena terus memikirkan kejadian itu.
    Di sekolah Ester masih bingung dengan kejadian tadi, masalahnya bayangan itu terlihat jelas banget di depan matanya. Ping.. ping.. suara BBM dari ponselnya berbunyi, sontak saja hal itu membuatnya kaget.
“Duh, apan lagi sih ini?” katanya sambil membuka BBM itu.
    “Ter, tadi lo dicariin sama Bu Meni” begitulah BBM dari temannya, Moli.
    “Hah? Masak sih? Emang ada apaan Bu Meni manggil gue?” balasnya.
    Ping… “ Enggak tahu gue, pokoknya lo ditunggu sama Bu Meni di ruangannya” balas Moli.
    “Oh, makasih infonya ya Mol” balas Ester.
    Dengan langkah dan pikiran yang kacau, akhirnya Ester tiba di depan ruangan Bu Meni. “Duh, gue masuk enggak yah? Bismillah aja deh” katanya dalam hati sambil membuka pintu dengan perlahan –lahan bahkan sangat pelan sekali.
“Woy!” teriak Boni sambil menepuk pundak Ester.
“Eh, copot!” latah Ester. “Apaan sih lo ngagetin umat banget” gerutu Ester sambil memajukan bibirnya.
“Hehehe, sorry habisnya lo mencurigakan banget sih, mengendap-endap ke ruangan Bu Meni, lo mau maling ya?” canda Boni.
“Jaga ya omongan lo! Sembarangan banget kalo ngomong, awas gue mau masuk” bentak Ester sambil memasuki ruangan Bu Meni.
Di dalam ruangan, Ester kebingungan karena tidak ada seorangpun di dalam sana. Ester celingukan, dia tidak tahu harus berbuat apa. “Mendingan gue keluar aja lah, daripada nanti gue disangka maling lagi” katanya dalam hati.
Dengan mantap Ester keluar dari ruangan Bu Meni.
GEDEBUG.. “Aduuuh, siapa sih ini yang buka pintu sembarangan enggak hati-hati banget” rintih seseorang dari balik pintu.
“Waduh!” kata Ester sambil menelan ludah. “Kabur ahh..” sambungnya lagi sambil ngacir.
“Ehh, tunggu! Tanggung jawab dong, korban kejedot lari nih!” kata orang itu sambil mencoba berdiri dan ingin mengejar Ester, namun dia mengurungkan niatnya itu dan pergi.
Ketika pulang sekolah Ester langsung berdemo ketika bertemu dengan Moli.
“Eh, Mol lo mau ngerjain gue ya? Bener-bener deh lo, hari ini tuh hari terburuk gue tahu, pokoknya lo harus ganti rugi semua kerugian gue, gue enggak mau tahu, pokoknya lo harus traktir gue TITIK!” kata Ester tanpa henti.
“Haduh, sorry ya Ter gue masih banyak urusan kalo lo mau minta ganti rugi nanti aja ya” kata Moli sambil berlalu.
“Dih, apa banget sih tuh anak” gerutu Ester. Karena sibuk menggerutu dia sampai tidak sadar kalo dia hampir diserempet sebuah sepeda motor. Dasar ababil (ABG labil) -_-.
Sesampainya di rumah dia langsung ke balkon kamar. Dia terkejut saat melihat ada sebuah jejak kaki di balkon kamarnya.” Berarti, tadi pagi itu bukan setan dong, terus apa? Atau jangan-jangan maling? Hah, maling? Masak sih di rumah gue ada maling? Pagar rumah gue kan tinggi di atasnya ada besi-besi runcing pula, kalau memang benar itu maling, darimana maling itu datang?” sebuah tanda tanya besar muncul dari pikiran Ester. Kreek.. suara pintu kamarnya berbunyi dan ternyata yang masuk adalah Bunda. “Sayang, kamu sudah pulang? Anterin Bunda ke butiknya Tante Nindya yuk” ajak Bunda. Bunda ini memang tidak bisa menyetir mobil dan Ester ini adalah anak emasnya Bunda, jadi kalau mau kemana-mana Bunda pasti akan mengajak Ester.
“Sip oke deh Bunda” kata Ester sambil mengedipkan satu matanya.
“Duh anak Bunda, yaudah deh sana ganti baju! Bunda tunggu di bawah ya” kata Bunda sambil mengelus kepala Ester.
Di perjalanan Ester melamun, dia penasaran dengan jejak kaki itu. Dia ingin tahu apakah malam ini orang itu akan datang lagi atau tidak. Tidak terasa mereka sudah sampai di butiknya Tante Nindya. Di sana Bunda langsung menyerbu seisi butik itu, maklumlah perempuan, enggak bisa lihat barang ngejreng dikit :D
Di butik itu Ester hanya duduk di atas sofa yang memang diperuntukan untuk para pengunjung. Dia sibuk mengurut-urut layar ponselnya. Dasar ABG enggak bisa lepas dari yang namanya gadget. Ketika sedang asyik-ayiknya online tiba-tiba Ester menemukan sebuah situs yang membahas tentang cara menangkap maling tanpa Polisi. Dengan hati-hati ia membaca kata demi kata, sebuah senyuman lebar muncul dari bibirnya. “Ahaa.. ini dia yang gue cari” katanya sambil jingkrak-jingkrak kegirangan. Tentu saja hal itu membuat semua pasang mata tertuju padanya. Dengan pipi yang memerah dia kembali duduk dan sibuk mengurut-urut ponselnya lagi.
“Tapi kalau dilakukan sendiri pasti gagal, gimana kalau gue ngajak kak Dicky juga ya, semoga dia mau” katanya dalam hati.
Malam tiba, Ester berhasil membujuk kak Dicky untuk terlibat dalam rencana itu. Penasaran sama rencana itu, yuk simak rencananya, cekidot

-  Beli cemilan biar enggak ngantuk waktu begadang nunggu maling. Maling kok ditungguin ya?
- Sediakan candaan-candaan supaya tidak mengantuk.
- Ketika waktu  si maling itu datang, bersembunyi di tempat yang kira-kira si maling enggak bisa lihat kita tapi kita bisa melihat kearah si maling itu
- Waktu si maling itu sudah memasuki ruangan dan berada di tempat yang kira-kira dia enggak bisa kabur, nahh saatnya beraksi ala kura-kura ninja

Semoga berhasil deh Ester :D
Jam baru menunjukkan pukul 00.08 WIB tapi kak Dicky sudah bertarung dengan rasa kantuknya. Dia membujuk Ester untuk membatalkan rencana itu, tapi Ester tetap bersi kukuh untuk menangkap maling itu.
“Ayolah, mendingan kita tidur, mata gue sudah lowbath nih” rengek kak Dicky.
“Enggak, pokoknya kita harus menangkap maling itu, emangnya kakak mau rumah kita kemalingan?” kata Ester dengan berapi-api.
“Si maling enggak bakalan kesini lagi” kata kak Dicky berusaha membujuk Ester.
“Pokoknya rencana ini enggak boleh gagal, TITIK!” kata Ester yakin.
Dan ternyata Si maling beneran enggak datang malam ini, sampai Sang Fajar terbangunpun Si Maling tetap enggak datang. Sudah pasti kak Dicky ngomel, nyerocos, berkicau, bla..blaa..blaa..
Hal itu tidak dipedulikan Ester. Yang ada dipikirannya hanyalah mengapa si maling enggak datang apa jangan-jangan dia tahu rencana yang dilakukan Ester dan kakaknya. Tapi yang jelas dia tidak mudah putus asa dengan hal itu. Nanti malam dia berniat melancarkan  rencana itu lagi, namun tidak dengan sang kakak karena dia sudah terlanjur ngambek.
Ester tidak kehabisan akal, dia mengajak Moli karena kebetulan malam ini malam sabtu, dan besok libur jadi Moli menerima ajakan Ester, dengan rencana yang sama seperti kemaren malam. Malam ini Ester sangat yakin kalau dirinya dan Moli bisa menangkap maling itu.
Tik..tok..tik..tok.. suara jam dinding berbunyi di sela-sela keheningan malam itu.
“Duh, Ter gue kayaknya sudah mau K.O nih, gimana dong” kata Moli.
“Tahan, Mol tahan, pasti sebentar lagi si maling datang” kata Ester sambil memegangi mata Moli agar tidak tertutup. Ckckckck.. ada ada saja. Dan benar saja, tiba-tiba terdengar suara dari bawah yang hendak memanjat ke balkon kamar Ester. Ester dan Moli pontang-panting kebingungan dan akhirnya mereka bersembunyi di dalam lemari dengan pintu yang agak sedikit terbuka. Mereka berdua kaget saat diketahui yang datang adalah orang yang waktu itu kejedot pintu ruangannya Bu Meni. Dan dia tampak bingung karena didapatinya kamar kosong tanpa Ester.
“Hah! Dia kan orang yang waktu itu, lo kenal enggak sama dia?” Tanya Ester setengah berbisik.
“Gue tahu, dia kan Gabriel” jawab Moli datar.
“Hah? Gabriel yang pemain futsal itu? Mau apa dia kesini?” kata Ester dengan muka yang penuh dengan tanda Tanya.
Dengan langkah malu-malu Gabriel masuk ke kamar Ester dan meletakkan sesuatu di atas kasurnya.
Kraaak… Tiba-tiba Ester membuka pintu lemarinya. Hal itu membuat Gabriel kaget dan bingung, kenapa tiba-tiba Ester keluar dari lemari.
“Woy, elo kan yang waktu itu kejedot pintu” kata Ester sambil menunjuk ke arah Gabriel. Gabriel bingung dan gugup. Dan Moli hanya diam saja. Tiba-tiba pintu kamar Ester terbuka dan masuklah kak Dicky. Suasana saat itu sangat menegangkan.
“Ada apa ini kok ramai sekali?” kata kak Dicky sambil mengucek-ngucek matanya.
“Ini kak malingnya kak” kata Ester sambil mendekat dan menunjuk ke arah Gabriel.
“Bukan kak, bukan” elak Gabriel.
“Inikan Gabriel, anaknya Tante Hilda tetangga sebelah” kata kak Dicky datar.
“Yang benar kak, masak gue enggak tahu kalau Tante Hilda punya anak, satu sekolah pula” kata Ester heran.
“Apasih yang elo tahu, lo kan enggak pernah mau tahu sama sekitar lo,dan lo Gabriel, lo mau ngapain kesini? Inikan masih subuh” Tanya kak Dicky. Gabriel hanya diam saja.
“Oh ya, tadi lo bawa sesuatu, emang apaan itu?” kata Moli angkat suara.
“Oh itu.. anu..e…” kata Gabriel gugup.
“Ahh, kelamaan lo” kata Moli tidak sabar dan menarik benda yang disembunyikan di balik punggung Gabriel. “Hah surat? Lo kesini subuh-subuh cuma mau ngasih beginian doing? Kenapa enggak di sekolah aja?” Moli mulai tidak sabar
“Jadi yang kemaren lusa kesini subuh-subuh itu elo?” tanya Ester.
“Iya” jawab Gabriel singkat dan langsung memeluk Ester sambil berbisik “Baca ya surat itu” bisik Gabriel. Degup jantung Ester sangat terasa. Dia hanya diam terpaku tak bisa berbuat apa-apa sampai Gabriel pergi meninggalkannya Ester masih terpaku dalam detak jantungnya.
“Ester elo enggak apa-apakan?” tanya Moli khawatir.
“Dia enggak apa-apa kok Mol, maklum masih ABG” sambar kak Dicky sambil pergi.
“Moli, kayaknya gue mau pingsan Mol” kata Ester lemas.
“Eh jangan dong, nanti gue yang repot” canda Moli. “Kenapa lo enggak baca surat dari Gabriel aja” usul Moli.
Akhirnya dengan  detak jantung yang masih dag dig dug Ester membaca  pesan singkat itu. Begini isi surat dari Gabriel



Jakarta, 14 February 2012
Ester, gue tahu elo pasti kaget dapet surat ini. Gue cuma mau bilang temuin gue di Café Batavia malam ini. Gue harap lo mau dateng.
Thanks
Yours,
Gabriel



“Ya ampun, si Ester mau kencan sama Gabriel, cie..cie..” goda Moli.
“Apaan sih lo Mol? Duh, gue bingung nih mau gimana? Menurut lo gue dateng enggak?” tanya Ester dengan pipi yang masih memerah.
“Dateng aja kasian juga kan dia” jawab Moli.
“Tapi gue enggak pernah kencan sebelumnya” kata Ester cemas.
“Tenang, kan ada gue” kata Moli dengan kedua alisnya terangkat.
Moli pun make over dandanan Ester dan malam itu Ester Nampak anggun sekali dengan dress putih setinggi lutut, rambut yang di gelung dengan sedikit rambut yang menjuntai di bagian samping. Ester pergi ke Café Batavia diantar Moli, dan Moli menunggu di mobil. Sungguh teman yang sangat baik 
Gabriel tercengang saat melihat kedatangan Ester.
“Helo..helo..Gabriel, lo baik-baik aja kan?” tanya Ester dengan satu tangannya di lambaikan di depan wajah Gabriel.
“Oh, gue baik-baik aja kok” jawab Gabriel dengan gugup.
“Oh.. terus lo ngajak gue ke sini mau ngapain?” kata Ester polos.
“Ehmm.. mending lo pulang aja deh Ter?” suruh Gabriel.
“Jahat banget sih lo? Gue udah bela-belain kesini, dandan kayak gini, terus cuma ini yang mau elo bilang ke gue, MAKASIH ATAS SEMUANYA” bentak Ester sambil pergi.
Di mobil Ester terus meneteskan mutiara matanya. Moli berusaha menenangkannya namun, Ester tetap saja menangis. Sampai di rumah Ester langsung ke kamar dan mengunci pintunya. Sontak saja hal ini membuat seisi rumah keheranan.  Kemudian Ester menyalakan sebuah lilin di balkonnya, hal ini bisa menenangkan hatinya meskipun tidak 100% ampuh.
Dari luar kamarnya terdengar kak Dicky yang terus membujuk Ester keluar kamar, namun selalu ditolak. Akhirnya kak Dicky menyerah.
Tanpa disadari Ester tertidur di balkon dan terbangun ketika melihat cahaya yang terang dari bawah. Terdengar suara seseorang memanggilnya dari bawah.
“Ester coba deh lihat ke bawah” teriak orang itu. Ketika Ester melihat ke bawah ternyata di bawah sudah ada Ayah, Bunda, kak Dicky dan Gabriel. Ternyata cahaya terang itu timbul dari cahaya lilin yang banyak dan membentuk tulisan I LOVE YOU. “I’m ready to be yours”  teriak Gabriel dari bawah. Seketika saja pipi Ester memerah dan langsung berlari kebawah. Sampai di bawah Ester langsung menangis.
“Tumpahkan semua air matamu” bisik Gabriel di telinga Ester. “Agar tidak ada air mata lagi saat kau bersamaku” sambungnya.
“Memangnya aku sudah bilang aku terima kamu?” kata Ester lirih sambil terisak.
“Itu barusan kamu bilang” kata Gabriel yang membuat seutas senyuman indah dari bibir Ester.
“ciie..ciiee..” goda kak Dicky dan membuat semua yang ada di situ tertawa.
Ternyata Gabriel, kak Dicky, Ayah dan Bunda sudah merencanakan ini semua. Sungguh moment yang sangat indah dan tidak diduga-duga sebelumnya oleh NIKENTA PUTRI ESTERICHY.



Karya : Aulia Nurul Izzati

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar