RSS

Cerpen - Diary



,,DIARY,,

"Kriing..kriiing.." suara dering jam weker milik Acha yang berdering sejak tadi tak di hiraukan olehnya hingga mamapun mengambil tindakan. "Acha..Ayo bangun katanya mau kerumah nenek kalau tidak kamu akan mama tinggal di rumah sendirian..!" ancam mama.

"Baiklah..Acha akan bangun asalkan Acha tidak di tinggal"kata Acha dengan raut muka yang masih mengantuk.
"Sekarang cepat mandi lalu sarapan"perintah mama.
Setelah sarapan mama, Acha dan Ayah pun pergi ke rumah nenek.
"Ma, memangnya selama liburan ini kita akan tinggal di rumah nenek?"tanya Acha.
"Iya.. Kita akan membantu nenek membersihkan gudang yang sudah bertahun-tahun tidak di bersihkan"kata mama.
Setelah mendengar kata mama raut muka Acha berubah drastis. Gadis yang satu ini memang paling malas kalau di suruh bersih-bersih apalagi Acha alergi dengan debu.
"Aduh.. Liburan kali ini pasti tidak menyenangkan karena aku di suruh bersih-bersih.. Huh.. Malas sekali kalau di suruh bersih-bersih"kata Acha dalam hati dengan cemberut.
Akhirnya mereka tiba di rumah nenek. "Kamu kenapa Acha? biasanya kalau ke rumah nenek senang kok sekarang cemberut gitu..??"tanya nenek keheranan.
"Oh.. tidak apa-apa Nek aku hanya masih mengantuk saja"kata Acha tak mau mengaku.
"Kalau begitu kamu istirahat saja di kamar nenek setelah itu besok kita akan membersihkan gudang yang ada di belakang"kata nenek.
Di kamar, Acha tidak bisa tidur, dia berfikir tidak ada hari esok karena dia sangat malas. Lama-lama Acha pun tertidur.
Suara kokokan ayam membangunkan Acha. "Haah.. Sudah pagi aku tidak mau bersih-bersih sebaiknya aku pura-pura tidur dan bangun setelah mama dan nenek membersihkan gudang"kata Acha dalam hati. Akhirnya Acha pun pura-pura tidur, tapi sayang mama sudah tahu trik Acha kalau sedang malas. Ya.. Mau tidak mau Acha harus membersihkan gudang.
Ketika Acha sedang membersihkan gudang ia menemukan sebuah buku diary. Ketika ingin membacanya tiba-tiba nenek memanggil akhirnya ia tidak jadi membacanya dan meletakkan buku itu di kamar dan akan membacanya nanti malam.
Malam harinya Acha memberanikan diri untuk membaca diary itu.

Sabtu, 29 Oktober 1988

Hari-hari ku lewati dengan melawan rasa sakit yang luar biasa. Aku fikir apakah aku masih bisa hidup dengan keadaan ku sekarang ini. Aku sudah tidak kuat. Sebaiknya aku mati saja daripada harus melawan rasa sakit ini, tapi Ayah, Bunda dan adikku Dika selalu menyemangatiku agar aku tidak putus asa. Itu semua yang membuatku merasa seperti hidup kembali.
Terima kasih Ayah, Bunda dan Dika Dini akan selalu menyangi kalian meskipun hidupku tak lama lagi..

Dini Sulaiman

"Dini Sulaiman itu siapa ya..? Apa aku harus menanyakan siapa sebenaranya Dini Sulaiman itu tapi kok namanya sama seperti Ayahku Dika Sulaiman apa mungkin itu bibiku tapi kok aku tidak pernah melihatnya ya..?" kata Acha dalam hati.
Keesokan harinya Acha memberanikan diri untuk bertanya kepada Nenek dan Ayah yang kebetulan sedang duduk di beranda rumah.
"Nek, nenek tahu tidak siapa Dini Sulaiman?"tanya Acha dengan suara lirih. Nenek seketika kaget dengan pertanyaan Acha tidak hanya Nenek Ayah pun begitu.
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu Acha?"tanya Nenek.
"Kemarin aku menemukan sebuah buku diary di gudang karena aku penasaran seperti apa isinya Achapun memberankan diri untuk membaca diary itu, maafkan Acha, nek soalnya Acha penasaran sih" kata Acha.
"Sebenarnya Dini Sulaiman itu kakak Ayahmu yang lebih tepatnya Bibimu yang sudah lama meninggal karena terserang penyakit Tumor ganas di otaknya, sebenarnya nenek sangat sedih ketika melihat tak ada anak-anak yang mau berteman dengan Dini mereka fikir penyakitnya akan menular ke semua anak-anak"kata nenek sambil meneteskan air mata karena tidak kuat menahan sedih.
"20 tahun yang lalu sebelum bibimu meninggal dia sempat mengatakan kepada Ayah bahwa dia bermimpi kalau dia sudah mati, dengan ceritanya itu kami sangat sedih sampai suatu malam badan bibimu itu sangat panas kemudian kejang-kejang, kami sudah memanggil ambulance tapi belum sampai di rumah sakit nyawa bibimu tidak sempat di selamatkan. Padahal waktu itu Bibimu itu masih sangat kecil sekali mungkin seusia dengan kamu. Kalau kamu mau, Ayah, Mama dan Nenek akan mengantarkanmu ke makam Bibi" kata Ayah.
"Aku mau sekali, kalau bisa sekarang juga boleh, Yah"kata Acha yang sempat meneteskan air mata karena terharu.
"Baiklah..ayo sekarang kita pergi ke makam Bibi"kata Ayah.
Dengan membawa bunga mawar putih Acha berkata, "Bi meskipun Acha belum pernah melihat wajah asli Bibi tapi Acha yakin Bibi adalah orang yang sangat baik, ya..meskipun orang-orang tak mau berteman dengan Bibi karena penyakit yang di derita oleh Bibi. Bibi adalah perempuan yang sangat tangguh lebih dari para tentara, setelah Acha pulang dari sini Acha akan jadi anak yang baik, rajin dan mau berteman dengan siapa saja"kata Acha dengan semangat.
"Ya sudah sekarang kita pulang yuk!" Ajak Mama.
"Ternyata liburan kali adalah liburan yang paling berkesan dalam hidupku karena aku mendapat beberapa pelajaran yang sangat berharga hari ini, aku akan menepati janjiku pada Bibi" kata Acha dalam hati ketika perjalan pulang.
Setelah liburan selesai dan mulai berangkat sekolah Bu Darul guru Bahasa Indonesia menyuruh menceritakan pengalaman liburan kemarin. Acha pun sangat bersemangat dalam menceritakan pengalamannya kemarin. Dan sekarang dia bukan Acha yang dulu  pemalas, sekarang Acha mengerti arti sebuah kehidupan. Karena hidup bukan untuk bersenang -senang tapi, hidup untuk saling berbagi, tolong - menolong dan yang paling penting adalah sebuah persahabatan yang tak kan pudar meski harus diterjang oleh badai sekalipun. Sekarang banyak anak-anak yang senang bermain dengan Acha, sekarang dia juga jadi anak yang rajin dan pintar.

"THE END"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar